TIRTAYATRA SEBAGAI BENTUK WISATA RELIGI SEMETON HINDU DI BALI

Dalam rangka meningkatkan sradha bhakti sekaligus penyucian diri secara lahir batin guna meningkatkan kehidupan spiritual (kerohanian), pada hari Jumat, 6 Mei 2022 sampai dengan hari Sabtu, 7 Mei 2022, Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Desa Tegal Harum, Denpasar Barat melaksanakan Tirtayatra ke beberapa Pura yang ada di Propinsi Jawa Timur. Tirtayatra ini juga dilaksanakan agar kita mengenal tempat-tempat suci serta bertemu dengan Umat Hindu yang ada di luar Propinsi Bali.

Starting Off With Bodybuilding – Obstacle Workout nolvadex pct where to buy order steroids canada, steroids bodybuilding drug testing –

Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang, rombongan sampai di Pura Agung Blambangan, Banyuwangi. Seluruh anggota yang mengikuti Tirtayatra ini melaksanakan persembahyangan bersama yang dikoordinir oleh Ketua WHDI Desa Tegal Harum (Ny. Dra. Desak Nyoman Budiastiti, M. Pd.) didampingi oleh pembina WHDI yang juga merupakan Ketua TP PKK Desa Tegal Harum Ny. Ni Luh Gede Ernawati Widiantara), dan beberapa Pemangku setempat. Setelah selesai melaksanakan persembahyangan bersama, Ketua WHDI Desa Tegal Harum mewakili rombongan yang hadir, menyerahkan Dana Punia. Beliau berharap bantuan yang telah diberikan tersebut dapat bermanfaat bagi semeton pengurus Pura dalam melayani Umat Hindu yang melaksanakan persembahyangan di Pura setempat.

Selanjutnya rombongan tangkil ke Pura Luhur Giri Salaka yang berada di kawasan Taman Nasional Alas Purwa, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi Propinsi Jawa Timur. Rombongan disambut oleh Pemangku yang ada di Pura tersebut. Untuk mewujudkan tujuan utama dari pelaksanaan Tirtayatra ini, seluruh rombongan Wanita Hindu Dharma Tegal Harum, melaksanakan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Pemangku di Pura setempat.

Setelah memperoleh Tirta, bersama anggota Wanita Hindu Dharma menyampaikan rasa hormatnya kepada pemangku kemudian melanjutkan persembahyangan ke Situs Kawitan yang sejarahnya merupakan asal mula Alas Purwo dan Sabda Abadi Mpu Bharada. Rombongan merasa berterima kasih telah disambut dengan penuh kehangatan dan rasa kekeluargaan oleh Pemangku Setempat. Semua peserta Tirtayatra merasa bahagia karena bisa datang ke Pura dengan sehat, selamat tentunya dengan tujuan bersama-sama untuk menyucikan pikiran untuk selanjutnya men-stana-kan dan melakukan pemujaan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Mensyukuri, berterima kasih kepada Umat Hindu setempat karena telah gigih membangun tempat suci sesuai dengan yang diinginkan walaupun dengan materi yang terbatas. Ini merupakan sebuah kemenangan karena keberhasilan pembangunan tempat suci bukan saja ditunjang oleh faktor materi melainkan lebih ditentukan oleh niat dari Umat Hindu itu sendiri. Karena niat pembangunan tempat suci lebih mulia daripada materi.

Perjalanan rombongan selanjutnya menuju Pura Mandhara Giri Semeru Agung, Lumajang yang masih berada di Provinsi Jawa Timur. Karena sudah larut malam, Persembahyangn ditunda keesokan harinya agar rombongan bisa beristirahat.

Persembahyangan dilaksanakan di pagi hari Sabtu (07/05/2022) dengan melaksanakan Trisandya terlebih dahulu. Pura Mandhara Giri Semeru Agung merupakan Pura Tertua di Nusantara, terletak di kaki gunung Semeru tepatnya di Jalan Serma Dohir, Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang jawa Timur. Menurut cerita berdirinya Pura Mandhara Giri Semeru Agung disuratkan, ketika tanah jawa masih belum stabil, Batara Guru menitahkan Para Dewa memenggal Puncak Gunung Mahameru dari tanah Bharatawarsa (India) ke Jawa. Titah itu dilakonkan Para Dewa, Puncak Gunung Mahameru dipenggal dan diterbangkan ke tanah Jawa. Bagian Timur berjungkat sedangkan bagian barat justru tenggelam. Potongan puncak Mahameru itu pun digotong lagi ke arah timur dan sepanjang perjalanan Puncak Gunung Mahameru rempak dan rempaknya kelak tumbuh menjadi enam gunung kecil masing-masing Gunung Lawu, Gunung Wilis, Gunung Kelud, Gunung Kawi, Gunung Arjuna dan Gunung Kemukus. Adapun puncak Semeru adalah Pegunungan Tengger sekarang yang merupakan Gunung tertinggi seantero Indonesia, yang membentuk poros dengan Gunung Bromo. Dan sejak itulah tanah jawa menjadi stabil tak lagi goyang. Di lambung Gunung semeru itulah sejak tahun 1992 resmi berdiri megah Pura Mandhara Giri Semeru Agung.

Perbedaan budaya dan kepercayaan agama antar masyarakat di sekitar Pura Mandhara Giri Semeru Agung di Kecamatan Senduro ini benar-benar menunjukkan adanya keramahan dan toleransi antar agama yang tinggi di Indonesia. Salah satu kerukunan yang dapat kita jumpai secara nyata, adanya 3 tempat ibadah yaitu Masjid, Gereja, dan Pura yang letaknya cukup berdekatan di Senduro. Di sini bisa ditemui masyarakat Suku Jawa, Madura, dan Tengger hidup berdampingan dan harmonis.

Perjalanan persembahyangan selanjutnya menuju ke Candi Agung Gumuk Kancil Gunung Raung yang sebelumnya sudah melakukan penglukatan di sumber air suci di lereng Gunung Raung, dan tujuan terakhir sebelum kembali ke Denpasar Bali adalah ke Pura Kahyangan gunung Raung yang merupakan petilesan pasraman Maha RSI Markandeya.

Semoga umat Hindu di nusantara bisa tetap melaksanakan Tri Kerukunan Umat sebagai pondasi kuat kerukunan umat beragama yang ada di Indonesia. semoga Tirtayatra atau kunjungan spiritual yang telah dilaksanakan, bisa mendapatkan anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Rombongan selanjutnya melanjutkan perjalanan kembali ke Denpasar Bali dengan Selamat dan sehat…RAHAYU